Kita sering bahkan mungkin sekarang sudah muak dengan acara diskusi atau wawancara atau pembahasan sebuah tema masalah yang sedang terjadi di negeri ini. Praktisi, pengamat, pelaku, korban, saksi atau apalah yang sedang terlibat dalam sebuah masalah berkumpul membahas masalahnya. Dan hasilnya kita sering kecewa pada hasil pembahasan bahkan langsung mengganti acara siaran yang isinya diskusi seperti ini.
Mungkin kalau dihitung persentase antara diskusi atau pembahasan yang hasilnya baik itu tak lebih dari 20%. Sisanya adalah diskusi yang menyisakan masalah baru. Mengapa ? Mungkin gambar di bawah ini bisa menjelaskan !
Lihat fokus dari masing-masing kepala kaca di atas. Semuanya memiliki fokus yang sama terhadap sebuah tiang. Tetapi mereka memiliki tingkat ketajaman fokus yang berbeda-beda dan posisi yang berbeda dalam melihat tiang.
Itulah kondisi orang-orang kita, dalam melihat sebuah permasalahan tidak memiliki penguasaan yang sama, selalu melihat dari sisi dirinya saja dan berusaha untuk tampil sama posisinya dan sama kuatnya dalam memberikan pandangan terhadap sebuah masalah. Kita lihat hasilnya debat tanpa menghasilkan sebuah solusi bisa diterima semua orang, diskusi hanya menyisakan rasa sesal, emosi dan ngedumel setelah selesai diskusi.
Sangat sedikit orang yang bisa menyeimbangkan antara ego dan kemampuan. Jika ego adalah kemauan, tekad, semangat dan sejenisnya, kemampuan adalah kekuatan, keahlian, fasilitas dan sejenisnya. Maka kita akan lihat ada orang yang mampu tapi tidak punya ego, akhirnya dia walaupun pintar tetapi selalu di posisi yang kalah. Ada orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi memiliki ego yang tinggi sehingga menimbulkan kerusakan.
Itulah yang aku lihat sebagai sumber yang memperparah permasalahan yang terjadi di negeri ini !