Petang ini aku kembali harus makan di luar rumah karena jam pulang masih lama soale masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi nggak kaya kemarin endingnya sampai bikin panci gosong.
Kali ini walau nggak ada bekas fisik yang kelihatan, teteapi bekas luka di hati sepertinya lebih besar dari pada gosongnya nasi satu panci.
Aku dicuekin pelayan rumah makan…
Aku memilih untuk jalan kaki ke sebuah rumah makan. Yaaa cukup ramai dan terkenal lah di sini. Aku datang dan sampai koq nggak ada yang merespon. Para pelayannya koq anteng-anteng aja, menolehpun nggak seolah aku nggak kelihatan masuk dan memposisikan sebagai pembeli…
Aku kemudian panggil mba-mba pelayan dan mereka cuma diam dan melihatiku lama. Baru kemudian aku bilang mau beli nasi dibungkus… dan kelihatan banget mereka ogah-ogahan dan saling menyerahkan pesananku pada teman yang lain… intinya aku merasakan mereka malas menemuiku.
Akhirnya ada seseorang pelayan yang beranjak bangun dari tempat duduk dan melayani pesananku.
Nhaa pada saat aku sedang dibungkuskan, ada seorang om-om masuk, langsung disambut meriah. “Silahkan masuk pak, mau makan ? Lauknya apa, silahkan duduk”
Itu mba-mba yang tadi pas aku masuk menolehpun enggak, aku panggil aku mau beli nasi dia males ngladenin, lha ini ada orang lain masuk berbeda banget perlakuannya…
Oke, ngenes, sakit hati dan merasa gimanaaa gitu… tapi aku sempet introspeksi diri mengapa aku dicuekin, aku membandingkan dengan orang itu.
Tampang, sepertinya masih gantengan dan atletis saya. Orang itu sudah tua dan perut gendut. Aku masih muda dan masih langsing. Berarti pelayan rumah makan itu nggak menilaiku dari tampang.
Aku datang ke rumah makan jalan kaki, pakai sandal jepit, kaos oblong, slempangan tas butut dari kain, celana di tekuk ke atas sampai setengahan betis, pakai jaket hoodie dengan tidak di pasang resletingnya. Kacau banget ditambah rambut acak-acakan kena angin jalan kaki.
Orang itu datang pakai mobil, pakai topi, pakai sepatu hitam kinclong, pakai jam tangan silver dan kaos dimasukan ke dalam celana. Rapi banget….
Jadi apakah mba-mba pelayan itu menilaiku sebagai orang yang tak pantas masuk rumah makan sehinga aku dicuekin. Dan melihat om-om itu sebagai tamu rumah makan. ?
Sepertinya alasan terakhir itu yang paling masuk akal. Orang kaya bermobil bersepatu dibanding pejalan kaki bersandal jepit…
Wakakakaka… iyalah aku harus sadar diri…
hahaha,
si mbak ketipu sama penampilan tuh, belum tau dia ya *bisa langsung klepek-klepek* π
Sama mas, qiqiqi, klo saia pake sendal jepit celana pendek..dicuekin ma pelayannya, tapi setelah istriku datang belakangan, para pelayannya dengan gegap gempita menyambutnya…wakakaka
Trus lanjut pura-pura gak kenal sama istri gak ? bakal lebih seru tuh ceritanya
wah tidak sampai segitunya, saat itu kebiasaan usil saia lagi ilang..hiks