Coba, bayangin hanya bermodal sempritan, duduk manis di parkiran, pura-pura markirin, itu kemudian minta uang ketika kita keluar mau pergi. Kadang malah pas dateng nggak kelihatan, pas mau pergi dia prit… pritt… sok markirin…
Habis itu penghasilannya ughh… bikin sakit hati banyak orang kalau mau tau. Bayangin tukang parkir minimarket seperti alfamart atau indomaret, sehari ada sedikitnya 100 pembeli kali 2000, sehari dia sudah dapet Rp 200.000, kalau sebulan dia sudah dapet Rp 6.000.000 kotor. Itu kondisi kalau sepi.
Melebihi lulusan S1 fresh graduate pokoknya. Sungguh ini sebuah pungutan liar yang parah. Berapa sih parkir resmi ? Berapa sih manfaat tukang parkir di daerah seperti minimarket ? Seberapa membantukah mereka ? Atau cuma bikin kesel karena lebih takut kendaraanya diberet atau di rusak. Lebih ke premanisme kayaknya dari pada manfaatnya.
Walau ada juga parkir yang bermanfaat, tapi kayaknya itu paling porsinya 1% doang daripada parkir yang seperti pemalakan. Sekarang kita ngasih uang ke mereka itu bukan karena jasanya, tetapi karena kita takut pada mereka. Jadi sudah seperti berhadapan sama preman yang narikin uang sama kita dengan alasan parkir.
Yang paling menyebalkan adalah pas kita datang itu sepi, parkir nyaman, eeh pas pulangnya tiba-tiba nongol entah dari mana ada yang prit..prit..prit markirin trus minta uang.
Ntar takutnya tukang parkirnya macem-macem kalau nggak dikasih, Mas :huhu
Nah itu, akhirnya seperti preman kan, kita ngasih karena takut bukan karena jasa mereka. Sama jadinya kaya pemerasan
Harus diakui, memang demikian :hehe