Aduh, kisah ini bikin aku thenger-thenger dan kepikiran dalam beberapa hari kemarin, sampai teringat terus kata-kata dan nasehat eyang buyut ayahku, yang ketika lagi dibenerin makamnya itu dia duduk dan jalan-jalan dari kuburnya dalam keadaan kain pocongnya cuma disingkapkan. Horor banget melebihi film horor yang pernah aku tonton selama ini
Awal mulanya aku diajak ayah untuk mengunjungi kampung embah di desa sebelah yang kondisinya itu masih sangat pelosok. Saking pelosoknya bahkan jalan itu nggak ada yang jangankan diaspal, ditatain batu juga nggak. Listrik nggak ada, penerangan hanya pakai minyak kelapa. Bukan minyak tanah, kampung ini terlalu jauh dari kota sehingga nggak ada penerangan yang layak.
Jadiiii sangat jauh dari peradaban…. Bukannya belum ada program pemerintah untuk pengadaan listrik, tetapi karena lokasinya jauh dari jalan utama, melewati beberapa perbukitan, sehingga listrik tidak sampai ke sana. Kurang lebih seperti itu suasana kampungnya.
Sampai aku di sana, aku melihat rumah eyang buyutku itu sangatlah tua. Mengingatkanku pada rumahku yang dulu banget kecil. Rumah kayu beratapkan welit (daun ilalang) dan lantainya itu masih tanah. Aroma masuk rumah itu bau minyak goreng kelapa. Rupanya saudaraku sedang menggoreng singkong menyambut kedatangan ayahku.
Singkat cerita, …..
Ternyata kedatangan ayahku sengaja diundang oleh eyang buyutku untuk mbenerin makam eyang buyut ayahku yang lokasinya di tengah kebun. Bukannya berada di kuburan seperti yang lainnya, kuburan eyang buyut ayahku ini dibikinkan rumah kecil di tengah kebun, dan di dalam rumah itulah jasadnya dikubur.

Masalahnya adalah katanya rumah kuburan dan bangunan nisan di dalamnya itu sudah hampir lapuk dimakan rayap sehingga hampir roboh, sehingga kakek buyutku mengundang ayahku untuk membantunya memperbaikinya.
Oh iya, sebelum lanjut baca, biar nggak bingung. Aku memiliki eyang buyut yaitu kakek ayahku. Eyang buyutku atau kakek ayahku meminta bantuan ayahku untuk memperbaiki makam kakeknya atau eyang buyut ayahku… Nhaa semoga nggak mumet …
Yang pertama dilakukan adalah membongkar rumah kecil yang menjadi tempat berteduh makam. Gubuk kayu jati paling berukuran 2×3 meter dengan atap genteng tanah liat yang sudah sangat tua. Yang mau diperbaiki adalah nisan dan rumahnya sekalian.
Rumah kayu lapuk dengan cepat bisa dibongkar, selanjutnya adalah kijin atau batu besar tempat menancapkan nisan. Nhaa pada saat membongkar kijing ini, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ternyata jasad kakek buyut cetek banget dan kelihatan dari atas. Masih terbungkus kain kafan, sudah lapuk dan kering serta berdebu. Banyak rumah laba-laba di dalam sana.

Kakek buyut yang sudah meninggal itu tiba-tiba bangun dan mengulurkan tangannya dari bawah liang kubur dan minta untuk ditarik ke atas. Herannya aku, ayahku dan kakek buyutku nggak kaget malah mempersilahkan kakek buyut untuk naik ke atas serta duduk di kijingnya.
Kebayang nggak sih ada sesosok tengkorak hidup, berbalut kain kafan lapuk, bergerak dan mengulurkan tangannya, tapi herannya aku nggak takut karena itu adalah mbahku sendiri.
Kemudian kami ngobrol dan bercerita panjang tentang masa lalu kakek. Cerita tentang jaman penajajahan belanda, cerita mengenai hidup dan lainnya. Kurang lebih berikut yang masih terngiang di kepalaku mengenai apa yang mbah buyutku ceritakan setelah dia meninggal
- Jika orang mau hidup sukses itu harus mengabdi pada menir (istilah untuk pejabat belanda di daerah situ). Harus mengutamakan kepentingan menir daripada saudara atau keluarganya sendiri. Misal jika punya kambing harus diserahkan beberapa kalau sudah besar
- Susah sekali untuk bisa makan enak, karena bahan pangan sering dirampok oleh begal dan kalaupun ada itu harganya mahal
- Yang penting hidup itu walau susah kudu tetep yang namanya sholat, walau kondisi apapun harus tetep di jaga.
Mbah buyut yang hanya pakai kain kafan sudah lapuk, tinggal tulang beluang kemudian jalan-jalan di sekitar tempat itu, seperti mencari sesuatu. Kemudian duduk lagi dan mulai memberi arahan nanti seperti apa renovasi kuburannya.
Nggak sampai di situ, dia masuk lagi ke dalam liang lahat, mengeluarkan kayu-kayu lapuk dari dalamnya, membersihkan sendiri kotoran-kotoran seperti rumah rayap atau sarang laba-laba. Dan akhirnya kami bertiga melanjutkan proses renovasi makam…
Daaaannn… sayang sekali, aku nggak tahu kelanjutan renovasi itu karena tiba-tiba aku sadar dan seperti nggak mau tersadar kalau aku sedang bermimpi. Aku merasa sangat menyesal bangun dan ingin lagi mimpi bertemu dengan kakek buyut ayahku lagi. Aku ingin dengan jelas melihat wajahnya sekali lagi dan bertanya ini dan itu… Aku coba tidur lagi, tapi nggak bisa juga, malah terngiang-ngiang nasehatnya dalam mimpi …
Oke, pesanku buat para pembaca tulisan ini, sekali lagi ini hanya mimpiku karena tidur nggak pada waktunya. Aku tidur setelah waktu sholat asar yang merupakan waktu nggak baik untuk tidur…
Posted from WordPress for BlackBerry.
Saya tegang bacanya :haha. Horor sekali :takut
Hm, itu berarti kakek buyut ayah Mas sedang mengingatkan Mas dengan nasihat-nasihatnya. Dituruti ya Mas nasihatnya, soalnya kakek buyut ayah Mas itu selalu menjaga dari atas sana 🙂
Jangan dibayangin menyeramkan dong, tapi seru gitu… karena asyik aja bisa ngobrol sama orang sudah dalam bentuk tengkorak
*pingsan*
Mimpi serupa yah malam ini, besok ceritain di postingan
Mbah buyut yang hanya pakai kain kafan sudah lapuk, tinggal tulang beluang kemudian jalan-jalan di sekitar tempat itu, ,,huaa seremm bangett Sud
Gak serem… malah akrab di sananya…
Wah bacanya sudah tegang banget . . . eh gak tahunya cuma mimpi . .
Gak mungkin lah pak itu beneran he he he