Salah satu yang sering menjadi pertanyaan di blog saya ini adalah soal mengapa dan bagaimana solusi ketika orang tua tidak merestui atau tidak setuju dengan rencana pernikahan dikarenakan masalah anak pertama dengan anak ketiga. Banyak para pembaca blog ini yang memiliki masalah terkait dengan anak pertama dan anak ketiga.
Mengapa anak pertama dengan anak ketiga tidak boleh menikah menurut adat kejawen ?
Sekali lagi kita harus paham dari mana asal kepercayaan tersebut. Yaitu berasal dari ilmu titen atau mempelajari pola kejadian dan kondisi yang sudah terjadi dari dahulu kala dan dicatat oleh nenek moyang kita dan diajarkan kepada anak cucu sampai dengan kita sekarang.
Untuk kasus anak pertama dan anak ketiga itu orang tua kita melihat contoh-contoh kejadian orang yang melakukannya. Keluarga yang terbentuk dari anak pertama dan ketiga rata-rata ada saja masalah. Berikut penjelasannya:
Ini dikarenakan bahwa anak pertama cenderung bersikap sebagai pengatur, merasa dewasa, biasa merasa benar karena dia sebagai anak pertama. Sementara anak ketiga biasanya manja, susah diatur, semaunya sendiri. Jika kedua sifat ini disatukan dalam sebuah keluarga yaa nggak akan nyambung. Pasti masalah demi masalah yang akan terjadi. Sehingga inilah yang ditakutkan oleh orang tua kita.
Ini yang sebenarnya menjadi asal muasal ajaran kejawen yaitu seperti ilmu titen atau mempelajari pola kemudian mengambil kesimpulan sendiri.
Mengapa orang tua sangat percaya adat kejawen dari pada ajaran agama ?
Ada sisi baiknya dari tujuan nenek moyang kita melakukan hal tersebut yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Cuma ada hal yang salah di sana yaitu ilmu titen ini sama nenek moyang kita agar dipatuhi diajarkan dengan ditakut-takuti dengan hal-hal yang mengerikan sehingga berharap akan dipatuhi.
Kejadian mengerikan diambil dari masalah yang terjadi pada keluarga hasil anak pertama dengan anak ketiga. Kemudian di sama ratakan untuk setiap pernikahan anak pertama dan ketiga. Dan inilah yang ditakutkan oleh orang tua kita akan menimpa anaknya jika melanggar.
Sehingga dengan posisinya sebagai orang tua mereka akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kita. Walaupun itu harus dengan cara kejawen.
Ini hanya masalah orang tua kita belum tahu ajaran agama islam secara baik. Yang orang tua kita tahu masih hanya ajaran kejawen yang baik. Sehingga itulah yang mendasari sikap dan keputusannya. Sederhana sebenarnya pokok permasalahannya.
Solusinya ya kita ajak orang tua kita untuk belajar lagi ajaran agama islam yang benar. Terutama masalah pernikahan dan kepercayaan.
Ini butuh perjuangan dan kesabaran. Masalah hidayah itu tidak seperti kita meminta atau diberi. Yang harus kita lakukan adalah bisa memberikan penjelasan bahwa dalam ajaran agama islam tidak ada persyaratan ini dan itu seperti yang ada dalam ajaran kejawen.
Islam yang juga orang tua kita anut sudah memberikan jalan yang akan membahagiakan di dunia dan akherat, jadi ajaklah orang tua cukup dengan ajaran agama islam untuk hidup ini. Urusan orang tua bisa menerima atau tidak, ini adalah hak Allah untuk memberikan hidayah atau tidak kepada orang tua kita. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa saja.
TERHADAP ORANG TUA
Sebagai anak yang berbakti, sebagai muslim yang selalu berusaha untuk taat, itulah yang harus kita lakukan. Pertama harus kita lakukan adalah berpegang teguh pada agama islam. Di sana sudah di ajarkan bagaimana kita harus bersikap terhadap orang tua.
Apapun kondisi orang tua , kita harus berbuat baik. Jika orang tua bersikap sesuai ajaran agama, kita harus patuh. Jika orang tua menyuruh kita untuk melanggar ajaran agama, kita harus berani mengatakan bahwa itu tidak sesuai dengan ajaran agama tentunya dengan cara yang baik.
Kita harus punya sikap soal ini karena apa yang kita pilih akan menentukan nasib nanti di akherat.
TERHADAP PROSES PERNIKAHAN KITA
Pertama yang harus dilakukan adalah tinjau kembali cara kita akan menikah apakah sudah sesuai dengan ajaran agama islam atau belum. Contohnya cara kita berkenalan dengan calon, cara kita mempersiapkan pernikahan dan lainnya.
Jika sebelumnya kita pacaran, ya harus kita stop pacaran itu. Karena pacaran itu adalah terlarang dalam agama islam. Sama saja kita meninggalkan ajaran kejawen demi agama islam, tetapi kita masih pacaran yang malah di larang.
Ini memang berat, harus stop pacaran, tetapi yakinlah bahwa jodoh itu akan sesuai dengan kondisi kita. Sesusi janji Allah SWT, bahwa laki-laki baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Apakah kita akan menyebut diri kita baik jika kita masih melanggar ajaran agama ?
Setelah membaca tulisan ini, semoga bisa mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan dan berani mengambil sikap yang tegas mengenai masa depan kita sendiri di dunia dan akherat. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Tulisanku yang lain terkait dengan sikap orang tua yang tidak merestui pernikahan karena kepercayaan pada adat bisa di lihat di sini:
- Jika adat dan kepercayaan menghalangi jodoh dan pernikahan
- Karena saudara meninggal belum genap setahun jadi tidak boleh menikah
- Karena arah ngalor ngulon tidak boleh menikah
- Bagaimana meyakinkan orang tua yang tidak merestui pernikahan karena adat kejawen ?
- Cara menghadapi orang tua yang tidak melarang pernikahan karena masalah ngalor ngulob
Baru kali ini tahu kalau menurut kejawen anak pertama gak boleh menikah sama anak ketiga
Iya, sebagian seperti itu pak, bukan cuma anak pertama dengan anak pertama saja
seorang anak dengan iman islam yang kuat bisa melawan adat kejawen, tapi masalahnya adalah menjelaskan ke ortu. mereka konservatif. susyee….
Harus berani mas…
pak ahsanfile submit blog bapak ke google gak? kayak SEO gitu?
Cara submitnya gimana mas, aku belum pernah nyoba sih. Atau yang bayar itu ya
ada yang bilang juga katanya kalo anak pertama dan anak ke tiga ga boleh nikah karna salah 1 bakal ada yang mati cepet.
saya anak ke tiga dan calon saya anak pertama.
ada orang yg bilng ga boleh.
tapi sebenernya saya aanak ke empat karna kakak pertama saya sudah meinggal.
bagaimana yah ?
Bwt ayu boleh percaya boleh juga kgk,ayu kn nak keempat, anak keempat cocok nya ma anak kedua,
ya ni yg saya tanyakan pada post mas sblumnya
1. bagaimana kita menghadapi calon mertua yg kental akan adat perhitungan jawa
2. bagaimana cara laki2 tersbut memberikan penjelasan yg baik yg dpt di terima oleh ibunya
3. apa bener smw yg ada dlm perhitungan jawa itu mas
maaf mas saya bertanyademikian untuk lbh memahami adat jawa,,
saya org dri sumatera calon suami saya dari jawa tegal domisili jakarta
mohon solusi nya mas
yang mau saya tanyakan,
ada gak contoh nyatanya orang yang melanggar adat kejawen dan nekad menikah juga, tapi khidupan rumah tangganya harmonis, bahagia dan langgeng?
karena orang tua slalu kasih contoh yang buruk2nya, ” nanti kalo melanggar kamu akan sengsara” hadeehh..
mungkin kalo ada contoh nya orang tua baru sadar, kalo yang mereka yakini itu salah
Contoh bisa dilihat di kehidupan suku selain jawa. Mereka nggak pakai apa yang orang jawa percayai… nyatanya bisa bahagia hidupnya…
Trus harusnya kalau kepercayaan itu benar, maka orang jawa yang dulu-dulu itu percaya hidupnya bahagia, nyatanya hidupnya sengsara … cerai…
Bahagia itu bukan karena jawa atau non jawa, bukan karena percsya kejawen atau tidak, tapi kematangan dalam menjalankan ajaran agama
haruskah saya meninggalkan pasangan saya hanya gara” saya terlahir di jawa hrs nurut adat jawa. saya anak pertama calon saya anak ke tiga. arah rumah saya dengan pasangan saya juga ngalor ngulon. salahkah saya bila saya menentukan pilihan saya ?
Sama saya juga bingung harus berbuat apa sedangkan ortu saya sangat percaya dgn ajran spt itu,, pdhal saya sudah lama menjalin hubungan dengan psangan saya trus ap mungkin saya akhiri bgtu saja perjuangan yg slma ini ..
Benar2 sgt berat ..
Pilih mas, ajaran agama yang kita percaya bahwa kebenaran hanya agama… itu yg harus kita pegang… syarat nikah cuma ada calon yang dibolehkan, wali dan saksi… kalau orang tua menentang… hadapi dengan agama juga. ketaatan kita pertama kepada Allah, jika orang tua meminta kita berbuat dosa ya tolaklah dengan cara yang baik. Kalau orang tua menyuruh kita berbuat yang sesuai agama, wajib buat kita mematuhinya…
kalau pernikahan itu karena agama dan sudah sesuai dengan cara agama ya lanjutkan, tapi kalau awalnya dari hal yang tidak dibolehkan misal pacaran ya tinggalkan saja…
tidak akan diberkahi rumah tangga yang diawali dengan dosa
Ini yang sedang saya alami saat ini, berat banget rasanyaaaa…. 😥
Tapi apakah itu tidak musyirk.selama itu tidak melanggar agama dan kehendak allahyg adadi al’qu
r’an itutidak apa
Ini juga yg saya alami, mbah nya tetep kekeh menghasut calon saya. Kalo dengan saya tidak akan ada bahagianya dan berbahaya. Dan kalau mau nikah dengan saya, calon saya harus melamar dan menikahi saya sendirian tanpa membawa keluarga, seperti anak sebatang kara. Apa ya yg harus saya lakukan?
Ini xg jadi pertanyaan saya bnyak orang percaya akan itu di tempat saya benar benar tidak di perbolehkan anak pertama dan ketiga.. tetapi di kota besar sidoarjo surabaya banyak anak pertama dan ketiga menikah tp sampi skrng merka orang tua sehat hidup sejahtera dan tidak terjadi apa apa.. saya bingung dngn hal tersebut
Malam .saya ingin bertany apakah benar anak 1 jikah menikahi ank 3 akan membawa petaka ? Ada yang putus karena alasan teesebut orangtuanya tidak setuju.mohon dijawab terimakasih
Itu yang saya alami saat ini,saya anak ke tiga dan calon saya anak pertama..
Ortu kami menantang tpi saya dengan calon saya tidak mempercayai hal itu.. ada juga yg bilang kalo anak ketiganya tidak mempunyai adik diperbolehkan.. itu disebut anak ragil,tpi ada juga yang memang betul2 tidak diperbolehkan,Entah punya adik atau tidak tetap saja “jilu”..
Tapi saya dan calon saya percaya kalo memang kita jodoh mau sekuat apapun org memisahkan tidak ada bisa.. kami berserah sama allah aja
Saya juga sedang mengalami ini, rasanya berat bgt, padahal kami sudah ada rencana untuk menikah.. Tapi susah untuk menjelaskan kepada orang tua saya. Apa iya, saya harus mengorbankan perasaan saya demi orang tua dan adat..? Saya cukup menghargai keduanya.
Ayo semua…kita firalkan ramaikan masalah ini..demi syariat islam…jika ada tokoh agama,ulama,sejarawan…bisa menambahkan pendapatnya semuanya