Jika melihat bubur ayam pak tua ini, mungkin ada banyak yang memiliki kenangan tentang rasa sebuah bubur ayam yang menjadi sarapan pagi dengan status sebagai perantau. Dan ini kenangan saya tentang bubur ayam pak tua yang kayaknya sudah lama sekali tak makan buburnya. Kemarin aku terkenang lagi rasa bubur itu.
Dulu pak tua itu masih kelihatan muda, dan kini hanya berjarak cuma 6 tahun sudah kelihatan banget perubahan raut mukanya. Menjadi lebih kalem, lebih keriput dan lebih kakek-kakek. Dengan badannya yang lebih gemuk dan agak bungkuk.
Seorang pedagang bubur ayam yang sepertinya bakal jadi Hanya berdagang kalau pagi ini menjadi langganan mereka yang tinggal ngekos di sekitar situ dan menjadi tempat sarapan pagi yang praktis dan murah.
Rasa bubur ayam yang khas tanpa cakwe goreng dan kecap, menjadi lebih enak
Koq seleranya sama,mas…bubur… π
Tapi alasan suka buburnya beda kan mas, saya karena masalah gigi.
Tapi kalau karena gigi juga saya merasa lebih bahagia wakakakakaaa
Wah…sama lagi.. π
Gigi saya lobang,pak..geraham kanan dan kiri,ketima makan nasi,seringnya bulir nasinya masuk di gigi yg berlobang,sakitnya ampun,dah… selwra makan langsung hilang…
Kalau makan bubur kan nggak akan ada kasus semacam itu… π
Ha ha ha, trus pasti suka makanan bekuah, soale tinggal hap gak
Hehehe….ya begitulah… π